nganjuk
Makna Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Kekinian
![]() |
Makna Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Kekinian. Sumber gambar: kuttabdigital.com |
Pendidikan zaman sekarang sudah berkembang pesat. Dengan teknologi yang semakin canggih, sistem belajar pun mengalami perubahan. Dulu, pembelajaran lebih banyak terjadi di dalam kelas dengan guru sebagai pusatnya.
Sekarang, dengan adanya internet, metode belajar menjadi lebih fleksibel dan interaktif. Namun, di tengah semua perubahan ini, filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tetap relevan dan bisa menjadi pedoman bagi pendidik, orang tua, dan siapa saja yang peduli dengan dunia pendidikan.
"Ing Ngarsa Sung Tulada" dalam Era Digital
Dalam konteks pendidikan modern, prinsip "di depan memberi teladan" tetap sangat penting. Guru, orang tua, dan bahkan konten kreator edukasi di media sosial harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak dan pelajar.
Di era digital ini, siswa tidak hanya belajar dari buku atau guru di sekolah, tapi juga dari internet dan media sosial. Kalau kita ingin anak-anak menjadi generasi yang cerdas dan berkarakter, maka kita harus memberikan contoh yang baik, baik dalam dunia nyata maupun di dunia maya.
Misalnya, kalau guru mengajarkan tentang etika digital, maka guru sendiri juga harus menunjukkan sikap bijak dalam bermedia sosial. Kalau orang tua ingin anaknya disiplin belajar, maka mereka juga harus menunjukkan kebiasaan membaca atau belajar di rumah. Teladan bukan hanya lewat kata-kata, tapi juga lewat tindakan nyata.
"Ing Madya Mangun Karsa" di Era Kolaboratif
Sekarang, belajar bukan lagi hanya soal menghafal materi dari buku teks. Pendidikan modern menekankan pada kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah. Di sinilah peran "di tengah memberi semangat" menjadi sangat penting.
Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu. Dengan internet, siswa bisa belajar dari berbagai sumber, seperti video edukasi, e-learning, atau forum diskusi. Tapi di tengah banjir informasi ini, siswa bisa merasa bingung atau kehilangan motivasi. Maka, peran guru dan orang tua adalah menjadi fasilitator yang membantu mereka tetap semangat, memberikan arahan, dan membimbing mereka agar tidak tersesat dalam informasi yang berlebihan.
Misalnya, dalam pembelajaran berbasis proyek atau project-based learning, guru tidak hanya memberikan tugas lalu menilai hasilnya, tapi ikut terlibat dalam prosesnya. Mereka memberi semangat, membimbing siswa dalam menyusun ide, dan membantu mereka menemukan solusi terbaik.
Dalam dunia kerja pun, pemimpin yang baik adalah mereka yang tidak hanya memberi perintah, tapi juga terlibat dalam proses kerja tim dan memotivasi anggotanya untuk berkembang.
"Tut Wuri Handayani" dalam Pendidikan Mandiri
Pendidikan saat ini mendorong konsep student-centered learning, di mana siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi ilmu sesuai minat dan kemampuannya. Ini sejalan dengan prinsip "di belakang memberi dorongan."
Dulu, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu, sehingga siswa hanya pasif menerima pelajaran. Sekarang, pendidikan lebih menekankan pada pembelajaran mandiri dan keterampilan berpikir kritis. Guru atau orang tua tidak harus selalu mengontrol setiap langkah anak, tapi cukup menjadi pendukung di belakang mereka.
Misalnya, dalam metode pembelajaran berbasis teknologi seperti blended learning, siswa bisa belajar mandiri melalui video pembelajaran, kuis online, atau diskusi daring. Peran guru adalah memastikan mereka tetap berada di jalur yang benar, memberi bimbingan saat dibutuhkan, dan memberikan kepercayaan bahwa mereka mampu mengembangkan potensi mereka sendiri.
Begitu juga dalam dunia kerja, pemimpin yang baik bukan hanya yang selalu mengawasi, tapi yang memberi ruang bagi timnya untuk berkembang dan mengambil keputusan sendiri. Seorang mentor yang baik tidak mendikte langkah-langkah yang harus diambil, tapi memberi arahan yang memungkinkan orang lain berkembang sesuai kemampuannya.
Filosofi Ki Hajar Dewantara untuk Pendidikan Masa Depan
Pendidikan di era digital terus berkembang, tapi nilai-nilai dasar dalam mendidik tetap tidak berubah. Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tapi juga membentuk karakter dan kemandirian.
- Teladan (Ing Ngarsa Sung Tulada) tetap penting, terutama di era digital di mana anak-anak banyak belajar dari media sosial dan lingkungan sekitarnya.
- Motivasi (Ing Madya Mangun Karsa) semakin dibutuhkan untuk membimbing siswa agar tidak kehilangan arah di tengah banyaknya informasi yang tersedia.
- Dukungan (Tut Wuri Handayani) menjadi lebih relevan karena pendidikan modern menekankan kemandirian dan kreativitas siswa dalam belajar.
Jika prinsip ini diterapkan dalam pendidikan masa kini, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mandiri, kreatif, dan memiliki karakter kuat dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam semangat itulah MTs AN-NASHIR Babadan hadir untuk ikut serta mewujudkan ketiga prinsip pendidikan tersebut. Dan kabar baiknya Pendaftaran Peserta Didik Baru sudah dibuka dan dapat mendaftar melalui link berikut: https://bit.ly/ppdb_mtsannashirbabadan2025

#Tambahan lagi
Filosofi ini sebenarnya tidak hanya berlaku untuk guru atau pemimpin, tapi bagi semua orang.
Dalam keluarga, orang tua bisa menerapkan prinsip ini dalam mendidik anak-anak mereka.
Dalam lingkungan kerja, atasan bisa menjadi pemimpin yang memberi contoh, membangun semangat tim, dan mendukung dari belakang.
Dalam komunitas, kita bisa menjadi sosok yang menginspirasi, memberi motivasi, dan mendorong perubahan tanpa harus selalu berada di depan.
Jadi, kalau kita berkeinginan membangun lingkungan yang lebih baik, mari mulai menerapkan ketiga prinsip Ki Hajar Dewantara di atas dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menjadi teladan, memberi semangat, dan mendukung dari belakang, kita bisa berkontribusi dalam menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan!
Dalam keluarga, orang tua bisa menerapkan prinsip ini dalam mendidik anak-anak mereka.
Dalam lingkungan kerja, atasan bisa menjadi pemimpin yang memberi contoh, membangun semangat tim, dan mendukung dari belakang.
Dalam komunitas, kita bisa menjadi sosok yang menginspirasi, memberi motivasi, dan mendorong perubahan tanpa harus selalu berada di depan.
Jadi, kalau kita berkeinginan membangun lingkungan yang lebih baik, mari mulai menerapkan ketiga prinsip Ki Hajar Dewantara di atas dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menjadi teladan, memberi semangat, dan mendukung dari belakang, kita bisa berkontribusi dalam menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan!


Posting Komentar
0 Komentar